Senin, 06 September 2010

Materi Seni Budaya

SENI LUKIS
Adalah salah satu induk dari seni rupa dengan dasar pengertian yang sama, seni lukis adalah sebuah pengembangan yang lebih utuh dari gambar.
Seni lukis zaman klasik dimaksudkan untuk tujuan :
a. Mistisme ( sebagai akibat belum berkembangnya agama)
b. Propaganda ( sebagai contoh grafiti direruntuhan kota Pompeii)

ALIRAN – ALIRAN DALAM SENI LUKIS
1. Surealisme
Aliran ini kebanyakanmenyerupai bentuk – bentuk yang sering di temui di dalam mimpi. Pelukis berusaha untuk mengabaikan bentuk secara keseluruhan kemudian mengolah setiap bagian tertentu dari obyek untuk menghasilkan sensasi tertentu yang bisa dirasakan manusia tanpa harus mengerti bentuk aslinya.
2. Kubisme
Adalah aliran yang cenderung melakukan usaha abstraksi terhadap obyek ke dalam bentuk – bentuk geometri untuk mendapatkan sensasi tertentu. Tokoh terkenal dari aliran adalah Pablo Picasso.
3. Romantisme
Merupakan aliran tertua di dalam sejarah seni lukis modern Indonesia. Aliran ini berusaha membangkitkan kenangan romantis dan keindahan di setiap objeknya. Pemandangan alam adalah objek yang sering diambil sebagai latar belakang lukisan. Tokoh terkenalnya adalah Raden Saleh.
4. Abstraksi
Adalah usaha untuk mengesampingkan unsur bentuk dari lukisan. Aliran ini berarti tindakan menghindari peniruan objek secara mentah. Unsur yang dianggap mampu memberi sensasi kebaradaan objek diperkuat untuk menggantikan unsur bentuk yang dikurangi porsinya.
5. Naturalisme
Adalah usaha menampilkan objek realistis dengan penekanan setting alam. Aliran ini pendalaman lebih lanjut dari gerakan realisme pada abad ke-19 sebagai reaksi atas kemapanan romantisme. Tokoh terkenalnya adalah Basuki Abdullah.
6. Impresionisme
Karakteristik utama aliran ini adalah kuatnya goresan kuas, warna – warna cerah (mengharamkan warna hitam, dianggap bukan bagian dari cahaya), komposisi terbuka, penekanan pada kualitas pencahayaan, subjek – subyek lukisan yang tidak terlalu menonjol dan sudut pandang yang tidak biasa.
7. Ekspresionisme
Adalah kecenderungan seorang eniman untuk mendistorsi kenyataan dengan efek-efek emosional. Ekspresionisme bisa diremukan di dalam karya lukisan, sastra, film, arsitektur dan musik. Istilah emosi ini lebih menuju kepada jenis emosi kemarahan dan depresi daripada emosi bahagia.
8. Fauvisme
Adalah suatu aliran dalam seni lukis yang berumur cukup pendek, menjelang dimulainya era seni rupa modern. Nama fauvisme berasal dari kata sindiran “fauve” (bintang liar).
9. Realisme
Berarti usaha menampilkan subyek dalam suatu karya sebagaimana tampil dalam kehiduapan sehari-hari tanpa tambahan embel-embel atau interpretasi tertentu.
UNSUR – UNSUR SENI RUPA
1. Titik
2. Garis
3. Bidang
4. Bentuk
5. Warna
a. Warna primer (pokok) : merah, biru dan kuning
b. Warna sekunder : dihasilkan dari campuran warna-warna primer)
merah + kuning = jingga
merah + biru = ungu
kuning + biru = hijau
c. Warna tertier : yang dihasilkan dari campuran warna-warna sekunder
6. Tekstur

ISTILAH – ISTILAH SPESIFIKASI DALAM TEORI WARNA
a. Warna netral : putih, hitam dan abu-abu
b. Nuansa warna : susunan 2 warna atau llebih yang batas-batasnya tidak jelas (sayup-sayup)
c. Warna kontras : perbedaan warna yang mencolok, misalnya : kuning dengan biru
d. Warna monokromatik : susunan warna yang terdiri dari satu corak warna tetapi intensitasnya (kekuatannya) berbeda, misalnya : merah tua, merah dan merah muda.
e. Analogus : susunan warna yang terdiri dari 2 atau 3 warna yang serumpun (berdekatan), misalnya: kuning dengan kuning kehijau-hijauan.
f. Simbolisme warna : warna yang dianggap memiliki sifat-sifat tertentu, seperti :
Putih memiliki sifat suci, bersih
Hitam memiliki sifat berkabung, sedih, resmi
Merah memiliki sifat berani, merah
Biru memiliki sifat tenang, damai
Kuning memiliki sifat kemegahan, keangkuhan
Hijau memiliki sifat kehidupan, alam pedesaan
Violet memiliki sifat cinta, kemandirian
dan sebagainya.

SEJARAH SENI LUKIS di INDONESIA
Seni lukis modern Indonesia dimulai dengan masuknya penjajahan Belanda di Indonesia. Kecenderungan seni rupa Eropa Barat pada zaman itu ke aliran romantisme membuat banyak pelukis Indonesia ikut mengembangkan aliran ini. Awalnya pelukis Indonesia lenih sebagai penonton atau asisten, sebab pendidikan kesenian merupakan hal mewah yang sulit dicapai penduduk pribumi. Selain itu karena harga alat lukis modern yang sulit dicapai penduduk biasa.
Raden Saleh Syarif Bustaman adalah salah seorang asisten yang cukpo beruntung bisa mempelajari melukis gaya Eropa yang dipraktikkan pelukis Belanda. Raden Saleh kemudian melanjutkan belajar melukis ke Belanda, sehingga berhasil menjadi seorang pelukis Indonesia yang disegani dan menjadi pelukis istana di beberapa negara Eropa.
Namun seni lukis Indonesia tidak melalui perkembangan yang saman seperti zaman renaisans Eropa, sehingga perkembangannya puntidak melalui tahapan yang sama.
Era revolusi di Indonesia membuat banyak pelukis Indonesia beralih dari tema-tema romantisme menjadi cenderung ke arah “kerakyatan”. Objek yang berhubungan dengan keindahan alam Indonesia dianggap sebagai tema yang mengkhianati bangsa, sebab dianggap menjilat kepada kaum kapitalis yang menjadi musuh ideologi komunisme yang populer di masa itu. Para pelukis kemudian beralih kepada potret nyata kehidupan masyarakat kelas bawah dan perjuangan menghadapi penjajah.
Selain itu, alat lukis seperti cat dan kanvas yang semakin sulit didapat membuat lukisan Indonesia cenderung ke bentuk-bentuk yang lebih sederhana, sehingga melahirkan abstraksi. Gerakan Manifesto Kebudayaan yang bertujuan untuk melawan pemaksaan ideologi komunisme membuat pelukis pada masa tahun 1950-an lebuh memilih membebaskan karya seni mereka dari kepentingan politik tertentu, sehingga era ekspresionisme dimulai. Lukisan tidak lagi dianggap sebagai penyampai pesan dan alat propaganda, namun lebih sebagai sarana ekspresi pembuatnya. Keyakinan tersebut masi h dipegang hingga saat ini.
Perjalanan seni lukis Indonesia sejak perintisan R. Saleh sampai awal abad XXI ini, terasa masih terombang-ambing oleh berbagai benturan konsepsi.
Kemapanan seni lukis Indonesia yang belum mencapai tataran keberhasilan sudah diporak-porandakan oleh gagasan modernisme yang membuahkan seni alternatif, dengan munculnya seni konsep (conceptual art), instalation art, dan performance art, yang pernah menjamur di pelosok kampus perguruan tinggi seni sekitar tahun 1993-1996. Kemudian muncul berbagai alternatif semacam “kolaborasi” sebagai mode pada tahun 1996/1997. Bersama itu pula, seni lukis konvensional dengan berbagai gaya menghiasi galeri-galeri, yang bukan lagi sebagai bentuk apresiasi terhadapa masyarakat, tetapi merupakan bisnis alternatif investasi.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar